Indonesia Business Links yang didukung penuh oleh Citi Indonesia melalui program Skilled Youth, melaksanakan business talkshow yang dilakukan secara virtual yang dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2020, dengan narasumber Ananta Wisesa, Head of External Communications Citi Indonesia, dan Teguh Sri Pambudi, Managing Editor Majalah SWA. Diskusi ini membahas bagaimana strategi UMKM dalam beradaptasi saat dan pasca menghadapi kondisi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah meluasnya virus Covid-19 dan juga tren usaha saat pandemi ini berlangsung.
Sebanyak 193 partisipan mengikuti diskusi virtual tersebut. Diskusi diawali dengan sambutan dari pihak Citi Indonesia oleh Ananta Wisesa. Citi dan IBL bekerja sama dalam melaksanakan program Skilled youth untuk memberikan pelatihan bagi anak – anak muda untuk siap bekerja maupun siap berwirausaha. Dampak yang diharapkan dalam program Skilled Youth adalah memungkinkan adanya stabilitas finansial, peserta memperoleh pekerjaan atau berhasil dalam berwirausaha, membangun komunitas yang tangguh. Program Skilled Youth adalah upaya Citi untuk turut serta membantu pemerintah dalam usaha mengurangi pengangguran. Citi berharap para peserta terus konsisten mengikuti kegiatan program Skilled Youth hingga akhir, serta tidak patah semangat dan berhenti di tengah jalan agar dapat menerima dampak yang lebih maksimal dan berhasil.
Sesi dilanjutkan dengan pemaparan oleh Teguh Sri Pambudi, dengan judul Bersiasat Menghadapi Covid-19. Kemudian dilanjutkan dengan sesi pertanyaan (Q&A), dengan rangkuman sebagai berikut:
Q: Model pemberian bantuan saat ini lebih banyak menggunakan uang digital menyebabkan ekonomi kurang berjalan.
A: Ekonomi digerakkan salah satunya dengan konsumsi masyarakat. Yang dibutuhkan saat ini adalah ekonomi tetap berjalan. Jika bantuan diberikan secara tunai, maka masyarakat akan membeli dari penyedia di lingkungan sekitar. BLT dulu dikecam, kemudian sekarang dibuat dengan sistem prakerja. Melihat kebijakan saat ini, dukungan pemerintah yg riil sebaiknya lebih memperhatikan bagaimana UKM dapat tetap berjalan. Seperti misalnya keringanan pembayaran angsuran. Krisis ini bermula dari kesehatan, sehingga protokol kesehatan harus benar-benar tegak dalam aktivitas ekonomi.
Q: Adakah dampak positif dari pandemi ini?
A: Sampai dengan tahun 2022, diperkirakan tetap akan dibutuhkan physical distancing. Isu kesehatan menjadi prioritas utama. Saat ini orang butuh menggunakan masker. Perusahaan besar akhirnya masuk ke peluang bisnis membuat masker. Pemerintah seharusnya bisa mengatur tidak hanya pembagian bantuan, tapi juga clustering bisnis. Contohnya, perusahaan besar tidak boleh masuk ke bisnis yg bisa dilakukan oleh UMKM.
Q: Bagaimana strategi untuk bertahan bagi UMKM agar bertahan dalam situasi ini?
A: Peluang bisnis masih akan berkutat pada sektor kebutuhan dasar manusia. Perlu kejelian untuk melihat potensi bisnis yang bisa berkembang dan bagaimana menbangun kerjasama bisnis dengan pihak lain, misalnya bermitra dengan perusahaan besar yang perlu bantuan perusahaan kecil sebagai partner bisnis.
Q: Strategi apa saja yang bisa dilakukan bagi regulator dalam program kemitraan untuk menanggulangi dampak pandemi ini?
A: Tiap daerah memiliki kearifan lokal masing – masing. Menggali potensi di masing-masing daerah ini dapat menjadi kekuatan. Namun ini tidak bisa dilakukan dalam jangka waktu pendek. Seperti misalnya capacity building dan pemasaran membutuhkan analisa panjang.
Q: Shifting dari model pembelajaran offline menjadi online. Bagaimana penyesuaian terhadap perubahan ini?
A: Pandemi ini mendisrupsi banyak hal. Saat ini menjadi lebih berat karena jangkauan sistem transportasi sudah sangat meluas. Bicara sistem bekerja, nantinya orang akan mulai menyesuaikan dengan bekerja atau sekolah di rumah. Kecuali pekerjaan yang membutuhkan alat berat, maka pekerjaan akan menggunakan sistem shifting. Untuk sistem sekolah, penyesuaian akan terjadi dengan perubahan sistem penyampaian pelajaran melalui media online. Ini akan menjadi tantangan besar karena berbagai kendala yang ada. Namun, saat ini belum ada pihak yang berani memutuskan model seperti apa yang akan digunakan. Yang menjadi prinsip utama saat ini adalah mengenai isu physical distancing dan bagaimana mencegah penularan virus.
Q: Apa saran dan masukan dari Pak Teguh untuk penerima manfaat program Skilled Youth?
A: Satu hal yang paling penting diketahui adalah manajemen keuangan. Ini akan terus digunakan sepanjang hidup. Sehingga jika bicara pemasukan dan pengeluaran, teman-teman tidak akan lebih besar pasak daripada tiang.
Bicara tentang skill wirausaha, akan berkaitan dengan bagaimana kita berjuang untuk mengembangkan usaha tersebut. Bob Sadino pernah mengatakan bahwa sebesar-besarnya gaji kita di suatu perusahaan, tetap saja kita seorang karyawan. Sekecil-kecilnya penghasilan usaha, jika usaha itu milik kita sendiri, maka kita lah pengusahanya. Jadi intinya dari kalimat tersebut adalah posisi sebagai pengusaha itu lebih tinggi daripada karyawan. Karena pengusaha tidak hanya akan menghidupi diri sendiri, namun juga orang lain. Untuk menjadi pengusaha butuh keuletan. Itu yang akan membedakan seorang pengusaha sukses atau tidak. Faktor hoki mungkin berpengaruh, namun tanpa kompetensi yang dimiliki faktor keberuntungan tidak akan berarti. Sehingga untuk menjadi sukses sebagai pengusaha perlu perjuangan, keuletan dan kompetensi.